kustinaatikasari blog

A fine WordPress.com site

MAKALAH TENTANG VALIDITAS

Tinggalkan komentar

MAKALAH

Evaluasi Pendidikan Matematika

Tentang

Validitas Soal

Dosen Pengampu :     Dody ,S.Pd

                  

     Di susun Oleh:

Kustina Atika Sari

Kelas : C

Semester : IV

Prodi : Matematika

 

 

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

STKIP YPM BANGKO

TA.2012/2013

 

KATA PENGANTAR

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…

            Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT karea atas berkat dan rahmat-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang diberikan oleh Bapak selaku dosen mata kuliah Evaluasi Pendidikan Matematiaka.

            Makalah ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan dan juga semoga makalah bermanfaat bagi saya dan juga bagi para pembacanya

            Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak luput dari kesempurnaan sehingga saya mengharap kritik dan saran demi terbangunnya makalah saya di kemudian kelak.

Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh…

 

 

 

 

                                                                                                            Bangko, 26 Mei 2013

 

                                                                                                                      Penyusun

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

Kata Pengantar……………………………………………………………………..

Daftar Isi……………………………………………………………………………

Bab I   Pendahuluan

    A.Latar Belakang…………………………………………………………………..

    B.Rumusan Masalah……………………………………………………………….

    C.Tujuan ……………………………………………………………………………

Bab II    PEMBAHASAN
A.Pengertian Validitas………………………………………………………………
B. Pengertian Uji Validitas…………………………………………………………..
C.Tujuan Uji Validitas………………………………………………………………
D.Cara menentukan Validitas………………………………………………………

   E.Konsep Pengukuran Validitas ……………………………………………………

  F.Macam-Macam Validitas

  G.Koefesien Validitas

  H.Faktor-Fakktor  yang Mempengaruhi Validitas

BAB III Penutup
A.Kesimpulan………………………………………………………………………..

   B.Saran
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….

 

 

 

BAB I

 

PENDAHULUAN

 

A.Latar Belakang

Persoalan alat ukur yang digunakan evaluator ketika melakukan kegiatan evaluasi sering dihadapkan pada persoalan akurasi, konsisten dan stabilitas sehingga hasil pengukuran yang diperoleh bisa mengukur dengan akurat sesuatu yang sedang diukur. Instrumen ini memang harus memiliki akurasi ketika digunakan. Konsisten dan stabil dalam arti tidak mengalami perubahan dari waktu pengukuran satu ke pengukuran yang lain.

Data yang kurang memiliki validitas , akan menghasilkan kesimpulan yang bias, kurang sesuai dengan yang seharusnya, dan bahkan bisa saja bertentangan dengan kelaziman. Untuk membuat alat ukur instrumen itu, diperlukan kajian teori, pendapat para ahli serta pengalaman-pengalaman yang kadangkala diperlukan bila definisi operasional variabelnya tidak kita temukan dalam teori. Alat ukur atau instrumen yang akan disusun itu tentu saja harus memiliki validitas , agar data yang diperoleh dari alat ukur itu bisa reliabel, valid dan disebut dengan validitas.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:

1.Bagaimanakah ketetapan atau validitas dalam soal?

2.Menentukan soal Valid dan tidak validnya ?

 

 

C.  Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis dapat menguraikan tujuan dari masalah tersebut, yaitu:

1)      Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui pedoman penskoran

         dalam komunikasi matematis

2)      Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui definisi tentang validitas

3)      Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa mengetahui susunan kisi-kisi dalam

         membuat soal beserta penyelesaiannya

4)      Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa menyimpulkan analisis validitas

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

VALIDITAS

A.Pengertian Validitas

v  Menurut Gronlund dan Linn (1990): Validitas adalah ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau evaluasi

v  Menurut Anastasi (1990): Validitas adalah ketepatan mengukur konstruk, menyangkut; “What the test measure and how well it does”

v  Menurut Arikunto (1995): Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan diukur.

v  Menurut Sukadji (2000): Validitas adalah derajat yang menyatakan suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur.

v  Menurut Azwar (1986):Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.

Suatu skala atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.

Terkandung di sini pengertian bahwa ketepatan pada validitas suatu alat ukur tergantung pada kemampuan alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat. Suatu tes yang dimaksudkan untuk mengukur variabel A dan kemudian memberikan hasil pengukuran mengenai variabel A, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas tinggi. Suatu tes yang dimaksudkan mengukur variabel A akan tetapi menghasilkan data mengenai variabel A’ atau bahkan B, dikatakan sebagai alat ukur yang memiliki validitas rendah untuk mengukur variabel A dan tinggi validitasnya untuk mengukur variabel A’ atau B (Azwar 1986).

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.

B.Pengertian Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2006)

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian.

C.Tujuan uji validitas

Mengetahui sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya.

Agar data yang diperoleh bisa relevan/sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut.

 

D.Cara menentukan vadilitas

Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya (Arikunto, 1999: 78)

Ø  Jika  >  makaitem valid

Ø  Jika  <  mka item tidak valid

CARA MANUAL ANALISIS VALIDITAS Butir Soal Bentuk Uraian

 

 

 

                    

  1. Validitas instrumen adalah tingkat kemampaun suatu instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur, khususnya dalam proses pembelajaran
  2. Dari segi analisis validitas dibagi atas validitas rasional dan validitas empirik
  3. Validitas rasional terdiri atas validitas isi (content) dan validitas bangun (construct)
  4. Validitas empiris terdiri atas valditas ramalan (predictive) dan validitas bandingan (concurrent )
  5. Validitas rasional dapat dianalisis secara rasio melalui GPPP dan panel, sedangkan valitas empirik dianalisis secara statistik
  6. Validitas butir secara statistik dianalisis berdasakan jenis data yang terkumpul. Data diskrit (misalnya hasil tes obyektif) dihitung dengan korelasi point biserial sedangkan data kontinu (misalnya hasil tes uraian atau skala sikap) digunakan korelasi Pearson product – moment.

Rumus korelasi Pearson product – moment

Contoh persiapan perhitungan soal uraian/ interval:

Variabel : Motivasi belajar

Jumlah responden : 10 orang

Jumlah pertanyaan : 6 item

 

Penyelesaian :

 

 

No

Skor item untuk soal

Skor Total

(Y)

1

2

3

4

5

6

 

1

3

5

3

4

4

1

20

2

3

2

3

3

2

1

14

3

4

3

3

4

2

5

21

4

4

1

4

4

4

4

21

5

4

1

4

4

4

2

19

6

3

1

3

3

3

3

16

7

5

3

5

5

5

2

25

8

3

5

3

3

3

5

22

9

4

4

4

4

4

4

24

10

5

4

3

4

5

5

26

 

Jumlah

38

29

35

38

36

32

208

 

Ø  Menghitung korelasi setiap butir dengan rumus PPM

 

No

Item pertanyaan No1

X

Y

XY

1

3

20

9

400

60

2

3

14

9

196

42

3

4

21

16

441

84

4

4

21

16

441

84

5

4

19

16

361

76

6

3

16

9

256

48

7

5

25

25

625

125

8

3

22

9

484

66

9

4

24

16

576

96

10

5

26

25

676

130

 

Jumlah

∑Y

∑X²

∑Y²

∑XY

38

208

150

4456

811

 

Ø  Menghitung korelasi setiap butir dengan rumus PPM

 

 

 

=0,765

Ø  Menghitung korelasi setiap butir dengan rumus PPM

            Demikian seterusnya dicari korelasi butir 2,3,4,5 dan 6,sehingga diperoleh :

 butir (1) : 0,765

 butir (2) : 0,529

 butir (3) : 0,414

butir (4) : 0,676

 butir (5) : 0,714

 butir (6) : 0,532

 

Ø  Mencari nilai  dengan maka diperoleh  = 0,632 (dk = n – 2)

Membuat keputusan dengan memandingkan nilai  dan nilai .

 Kriteria keputusan :

Ø  Jika  >  makaitem valid

Ø  Jika  <  mka item tidak valid

 

No item

 

 

 

Keputusan

 

1

0,765

>0,632

Valid

2

0,529

<0,632

Tidak Valid

3

0,414

<0,632

Tidak Valid

4

0,676

>0,632

Valid

5

0,714

>0,632

Valid

6

0,532

<0,632

Tidak Valid

 

Dari uji coba Instrumaen penelitian diperoleh bahwa dari 6 item ,dinyatakan valid sebanyak 3 item yaitu item no. 1,4 dan 5 (digunakan atau dipakai dalam penelitian),sedangkan dinyatakan tidak valid sebanyak3 item yaitu item no. 2,3 dan 6 (diperbaiki atau dihilangkan)

                        Penguji validitas perlu mengunakan uji t apa bila responden yang dilibatkan dalam pengujian validitas adalah sampel.Artinya keputusan validnya tidaknya item instrument,tidak bias membandingkan nilai hitung r dengan nilai table r,tetapi harus membandingkan nilai hitung t dengan nilai table t.

Ø  Apabila mengunakan uji t,pada langkah diatas diperoleh nilai korelasi sebagai berikut :

 butir (1) : 0,765

 butir (2) : 0,529

 butir (3) : 0,414

butir (4) : 0,676

 butir (5) : 0,714

 butir (6) : 0,532

Langkah berikut adalah mencari :

Ø  Rumus uji-t :

 =

Untuk item no.1 :

Demikian seterusnya ,sehingga diperoleh :

Item no 2 :1,762

Item no 3 :1,286

Item no 4 :2,594

Item no 5 :2,885

Item no 6 :1,776

Mencari nilai  pada table t,dengan =0,05 dan dk = n-2 = 8 ,dengan uji satu pihak maka diperoleh  = 1,860

Ø  Membuat keputusan dengan membandingkan nilai  dengan nilai  :

Kriteria keputusan :

Ø  Jika >  maka item valid

Ø  Jika <  maka item tidak valid

 

No item

 

 

 

 

Keputusan

 

1

0,675

3,359

>1,860

Valid

2

0,529

1,762

<1,860

Tidak Valid

3

0,414

1,286

<1,860

Tidak Valid

4

0,676

2,594

>1,860

Valid

5

0,714

2,885

>1,860

Valid

6

0,532

1,776

<1,86o

Tidak Valid

 

Dari uji coba penelitian instrument penelitian diperoleh bahwa dari 6 item dinyatakan,valid sebanyak 3 item yaitu no 1,4 dan 5 (digunakan atau dipakai dalam penelitian) ,sedangkan dinyatakan tidak valid sebanyak 3 item yaitu item no 2,3 dan 6 (diperbaiki atau dihilangkan).

 

CARA MANUAL ANALISIS VALIDITAS Butir Soal Bentuk Objektif

 

    

1.Validitas instrumen adalah tingkat kemampaun suatu instrumen mengukur apa                                   yang seharusnya diukur, khususnya dalam proses pembelajaran

2.Dari segi analisis validitas dibagi atas validitas rasional dan validitas empirik

3. Validitas rasional terdiri atas validitas isi (content) dan validitas bangun (construct)

4.Validitas empiris terdiri atas valditas ramalan (predictive) dan validitas bandingan (concurrent )

5.Validitas rasional dapat dianalisis secara rasio melalui GPPP dan panel, sedangkan valitas empirik dianalisis secara statistik

6.Validitas butir secara statistik dianalisis berdasakan jenis data yang terkumpul. Data diskrit (misalnya hasil tes obyektif) dihitung dengan korelasi point biserial sedangkan data kontinu (misalnya hasil tes uraian atau skala sikap) digunakan korelasi Pearson product – moment.

 

 

 Contoh skor butir soal objektif:

Ø  Akan diuji validitas item soal no 1yang telah diberikan tes pada siswa sebanyak 10 orang.

 

No.

Siswa

Skor Setiap Item Soal

Skor

(x)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1

1

1

1

1

1

1

1

0

0

1

8

64

2

1

1

 

1

1

1

1

0

1

0

8

64

3

1

1

1

0

1

0

0

4

16

4

0

0

1

0

0

1

0

1

1

4

16

5

1

1

1

1

1

1

1

0

0

7

49

6

1

1

1

1

1

1

0

1

7

49

7

1

1

1

1

1

1

0

1

1

8

64

8

1

0

0

1

1

1

0

0

1

5

25

9

1

1

0

0

0

0

1

3

9

10

0

0

0

1

0

0

0

1

1

2

4

6

6

8

6

8

6

6

1

3

6

56

360

P

0,6

0,6

0,8

0,6

0,8

0,6

0,6

0,1

0,3

0,6

 

Q

0,4

0,4

0,2

0,4

0,2

0,4

0,4

0,9

0,7

0,4

 

 

 

Ø  Keterangan :

·         Bentuk tes obyektif

·         Jawaban benar skor 1 dan salah skor 0

·         Banyaknya peserta tes (N)=10

Ø  Mencari mean skor total () :

 =

Ø  Mencari Standar devisa ():

=-(

Ø  Mencari () item soal no 1 :

Nomor Jawaban

Betul

 

Skor

1

8

2

8

5

7

6

7

7

8

8

5

6

43

 =

=5,6

 =2,15

=0,6

=0,4

Ø  Menguji validitas soal no 1 :

= = =0,911

Jadi  : 0,911

Dengan db = N -2 = 10-2=8 dan  =0,05

Pada tabel r product-moment diperoleh :

===0,632

Kesimpulan :

Karena  >  atau 0,911>0,632,maka soal nomor 1 disimpulkan valid.

 

E.Konsep Pengukuran Validitas

Pengukuran validitas sebenarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar (dalam arti kuantitatif) suatu aspek psikologis terdapat dalam diri seseorang, yang dinyatakan oleh skor pada instrumen pengukur yang bersangkutan.

Dalam hal pengukuran ilmu sosial, validitas yang ideal tidaklah mudah untuk dapat dicapai. Pengukuran aspek-aspek psikologis dan sosial mengandung lebih banyak sumber kesalahan (error) daripada pengukuran aspek fisik. Kita tidak pernah dapat yakin bahwa validitas instrinsik telah terpenuhi dikarenakan kita tidak dapat membuktikannya secara empiris dengan langsung.

Pengertian validitas alat ukur tidaklah berlaku umum untuk semua tujuan ukur. Suatu alat ukur menghasilkan ukuran yang valid hanya bagi satu tujuan ukur tertentu saja. Tidak ada alat ukur yang dapat menghasilkan ukuran yang valid bagi berbagai tujuan ukur. Oleh karena itu, pernyataan seperti “alat ukur ini valid” belumlah lengkap apabila tidak diikuti oleh keterangan yang menunjukkan kepada tujuannya, yaitu valid untuk apa dan valid bagi siapa. Itulah yang ditekankan oleh Cronbach (dalam Azwar 1986) bahwa dalam proses validasi sebenarnya kita tidak bertujuan untuk melakukan validasi alat ukur akan tetapi melakukan validasi terhadap interpretasi data yang diperoleh oleh prosedur tertentu.

Dengan demikian, walaupun kita terbiasa melekatkan predikat valid bagi suatu alat ukur akan tetapi hendaklah selalu kita pahami bahwa sebenarnya validitas menyangkut masalah hasil ukur bukan masalah alat ukurnya sendiri. Sebutan validitas alat ukur hendaklah diartikan sebagi validitas hasil pengukuran yang diperoleh oleh alat ukur tersebut.

F.Macam-macam validitas

v  Menurut Djaali dan Pudji (2008)  validitas dibagi menjadi 3 yaitu

 

a.      Validitas isi (content validity)

Validitas isi suatu tes mempermasalahkan seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan pengajaran. Dengan kata lain, tes yang mempunyai validitas isi yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai dengan konten pengajaran yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).

Menurut Gregory (2000) validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinya tes mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang seharusnya dikuasai secara proporsional.

Untuk mengetahui apakah tes itu valid atau tidak harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang seharusnya dikuasai secara proporsional. Oleh karena itu, validitas isi suatu tes tidak memiliki besaran tertentu yang dihitung secara statistika, tetapi dipahami bahwa tes itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi tes. Oleh karena itu, wiersma dan Jurs dalam Djaali dan Pudji (2008) menyatakan bahwa validitas isi sebenarnya mendasarkan pada analisis logika, jadi tidak merupakan suatu koefisien validitas yang dihitung secara statistika.

Untuk memperbaiki validitas suatu tes, maka isi suatu tes harus diusahakan agar mencakup semua pokok atau sub-pokok bahasan yang hendak diukur. Kriteria untuk menentukan proporsi masing-masing pokok atau sub pokok bahasan yang tercakup dalam suatu tes ialah berdasarkan banyaknya isi (materi) masing-masing pokok atau sub-pokok bahasan seperti tercantum dalam kurikulum atau Garis-Garis Besar Program Pengajaran(GBPP).

Selanjutnya, validitas isi ini terbagi lagi menjadi dua tipe, yaitu face validity (validitas muka) dan logical validity (validitas logis).

Ø  Face Validity (Validitas Muka)

            Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.

            Dengan alasan kepraktisan, banyak alat ukur yang pemakaiannya terbatas hanya mengandalkan validitas muka. Alat ukur atau instrumen psikologi pada umumnya tidak dapat menggantungkan kualitasnya hanya pada validitas muka. Pada alat ukur psikologis yang fungsi pengukurannya memiliki sifat menentukan, seperti alat ukur untuk seleksi karyawan atau alat ukur pengungkap kepribadian (asesmen), dituntut untuk dapat membuktikan validitasnya yang kuat.

Ø  Logical Validity (Validitas Logis)

            Validitas logis disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity). Validitas tipe ini menunjuk pada sejauhmana isi alat ukur merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur.

            Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dirancang sedemikian rupa sehingga benar-benar berisi hanya item yang relevan dan perlu menjadi bagian alat ukur secara keseluruhan. Suatu objek ukur yang hendak diungkap oleh alat ukur hendaknya harus dibatasi lebih dahulu kawasan perilakunya secara seksama dan konkrit. Batasan perilaku yang kurang jelas akan menyebabkan terikatnya item-item yang tidak relevan dan tertinggalnya bagian penting dari objek ukur yang seharusnya masuk sebagai bagian dari alat ukur yang bersangkuatan.
Validitas logis memang sangat penting peranannya dalam penyusunan tes prestasi dan penyusunan skala, yaitu dengan memanfaatkan blue-print atau tabel spesifikasi.

 

b.      Validitas Konstruk (Construct validity)

Menurut Djaali dan Pudji (2008) validitas konstruk adalah validitas yang mempermasalahkan seberapa jauh item-item tes mampu mengukur apa-apa yang benar-benar hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi konseptual yang telah ditetapkan.

Validitas konstruk biasa digunakan untuk instrumen-instrumen yang dimaksudkan mengukur variabel-variabel konsep, baik yang sifatnya performansi tipikal seperti instrumen untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, lokus control, gaya kepemimpinan, motivasi berprestasi, dan lain-lain, maupun yang sifatnya performansi maksimum seperti instrumen untuk mengukur bakat (tes bakat), intelegensi (kecerdasan intelekual), kecerdasan emosional dan lain-lain.

Untuk menentukan validitas konstruk suatu instrumen harus dilakukan proses penelaahan teoritis dari suatu konsep dari variabel yang hendak diukur, mulai dari perumusan konstruk, penentuan dimensi dan indikator, sampai kepada penjabaran dan penulisan butir-butir item instrumen. Perumusan konstruk harus dilakukan berdasarkan sintesis dari teori-teori mengenai konsep variabel yang hendak diukur melalui proses analisis dan komparasi yang logik dan cermat.

c.       Validitas empiris

Validitas empiris sama dengan validitas kriteria yang berarti bahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria. Ukuran lain yang sudah dianggap baku atau dapat dipercaya dapat pula dijadikan sebagai kriteria eksternal.

Validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria internal disebut validitas internal, sedangkan validitas yang ditentukan berdasarkan kriteria eksternal disebut validitas eksternal.

ü  Validitas internal

Validitas internal merupakan validitas yang diukur dengan besaran yang menggunakan instrumen sebagai suatu kesatuan (keseluruhan butir) sebagai kriteria untuk menentukan validitas item atau butir dari instrumen itu. Dengan demikian validitas internal mempermasalahkan validitas butir atau item suatu instrumen dengan menggunakan hasil ukur instrumen tersebut sebagai suatu kesatuan dan sebagai kriteria, sehingga biasa disebut juga validitas butir.

Pengujian validitas butir instrumen atau soal tes dilakukan dengan menghitung koefesien korelasi antara skor butir instrumen atau soal tes dengan skor total instrumen atau tes. Butir atau soal yang dianggap valid adalah butir instrumen atau soal tes yang skornya mempunyai koefesien korelasi yang signifikan dengan skor total instrumen atau tes.

ü  Validitas eksternal

Kriteria eksternal dapat berupa hasil ukur instrumen yang sudah baku atau instrumen yang dianggap baku dapat pula berupa hasil ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai ukuran dari suatu konsep atau varaibel yang hendak diukur. Validitas eksternal diperlihatkan oleh suatu besaran yang merupakan hasil perhitungan statistika. Jika kita menggunakan hasil ukur instrumen yang sudah baku sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas eksternal dari instrumen yang kita kembangkan didapat dengan jalan mengkorelasikan skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor hasil ukur instrumen baku yang dijadikan kriteria. Makin tinggi koefesien korelasi yang didapat, maka validitas instrumen yang dikembangkan juga makin baik. Kriteria yang digunakan untuk menguji validitas eksternal adalah nilai table r (r-tabel).

Jika koefesien korelasi antara skor hasil ukur instrumen yang dikembangkan dengan skor hasil ukurinstrumen baku lebih besar dari pada r-tabel, maka instrumen yang dikembangkan dapat valid berdasarkan kriteria eksternal yang dipilih (hasil ukur instrumen baku). Jadi keputusan uji validitas dalam hal ini adalah mengenai valid atau tidaknya instrumen sebagai suatu kesatuan, bukan valid atau tidaknya butir instrumen seperti pada validitas internal.

Ditinjau dari kriteria eksternal yang dipilih, validitas eksternal dapat dibedakan atas dua macam yaitu:

  1. Validitas prediktif apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah adalah ukuran atau penampilan masa yang akan datang.
  2. Validitas kongkuren apabila kriteria eksternal yang digunakan adalah ukuran atau penampilan saat ini atau saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengukuran.

 

v  Menurut Ebel (dalam Nazir 1988) membagi validitas menjadi

          concurrent validity

          construct validity

          face validity

          factorial validity

          empirical validity

           intrinsic validity

          predictive validity

          content validity

          curricular validity.

 

·         Concurrent Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan kinerja.

·         Construct Validity adalah validitas yang berkenaan dengan kualitas aspek psikologis apa yang diukur oleh suatu pengukuran serta terdapat evaluasi bahwa suatu konstruk tertentu dapat dapat menyebabkan kinerja yang baik dalam pengukuran.

·         Face Validity adalah validitas yang berhubungan apa yang nampak dalam mengukur sesuatu dan bukan terhadap apa yang seharusnya hendak diukur.

·         Factorial Validity dari sebuah alat ukur adalah korelasi antara alat ukur dengan faktor-faktor yang yang bersamaan dalam suatu kelompok atau ukuran-ukuran perilaku lainnya, dimana validitas ini diperoleh dengan menggunakan teknik analisis faktor.

·         Empirical Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh pengukuran.

·         Intrinsic Validity adalah validitas yang berkenaan dengan penggunaan teknik uji coba untuk memperoleh bukti kuantitatif dan objektif untuk mendukung bahwa suatu alat ukur benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur.

·         Predictive Validity adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor suatu alat ukur dengan kinerja seseorang di masa mendatang.

·         Content Validity adalah validitas yang berkenaan dengan baik buruknya sampling dari suatu populasi.

·         Curricular Validity adalah validitas yang ditentukan dengan cara menilik isi dari pengukuran dan menilai seberapa jauh pengukuran tersebut merupakan alat ukur yang benar-benar mengukur aspek-aspek sesuai dengan tujuan instruksional.

Sementara itu, Kerlinger (1990) membagi validitas menjadi tiga yaitu content validity (validitas isi), construct validity (validitas konstruk), dan criterion-related validity (validitas berdasar kriteria).

G.Koefisien Validitas

Bila skor pada tes diberi lambang x dan skor pada kriterianya mempunyai lambang y maka koefisien antara tes dan kriteria itu adalah rxy inilah yang digunakan untuk menyatakan tinggi-rendahnya validitas suatu alat ukur.

Koefisien validitas pun hanya punya makna apabila apalagi mempunyai harga yang positif. Walaupun semakin tinggi mendekati angka 1 berarti suatu tes semakin valid hasil ukurnya, namun dalam kenyataanya suatu koefisien validitas tidak akan pernah mencapai angka maksimal atau mendekati angka 1. Bahkan suatu koefisien validitas yang tinggi adalah lebih sulit untuk dicapai daripada koefisien reliabilitas. Tidak semua pendekatan dan estimasi terhadap validitas tes akan menghasilkan suatu koefisien. Koefisien validitas diperoleh hanya dari komputasi statistika secara empiris antara skor tes dengan skor kriteria yang besarnya disimbolkan oleh rxy tersebut. Pada pendekatan-pendekatan tertentu tidak dihasilkan suatu koefisien akan tetapi diperoleh indikasi validitas yang lain.

 

H.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas

            Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil suatu evaluasi sehingga menjadi bias, menyimpang dari keadaan yang sebenarnya untuk suatu penggunaaan yang dimaksudkan. Beberapa diantaranya adalah berasal dari dalam alat evaluasi itu sendiri. Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar matematika, faktor-faktor ini akan dapat mengurangi fungsi pokok uji sesuai dengan yang diharapkan segingga bisa merendahkan validitas alat evaluasi tersebut.

  1. Petunjuk yang tidak jelas
  2. Perbendaharaan kata dan struktur kalimat yang sukar
  3. Penyusunan soal yang kurang baik
  4. Kekaburan
  5. Derajat kesukaran soal yang tidak cocok
  6. Materi tes tidak representatif
  7. Pengaturan soal yang kurang tepat
  8. Pola jawaban yang dapat diidentifikasi

 

 

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Prinsif validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsif keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas lebih menekankan pada alat pengukuran atau pengamatan.

 Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi (content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud dikorelasikan dengan skor totalnya. Skor tiap butir soal dinyatakan skor X dan skor total dinyatakan sebagai skor Y, dengan diperolehnya indeks validitas setiap butir soal, dapat diketahui butir-butir soal manakah yang memenuhi syarat dilihat dari indeks validitasnya (Arikunto, 1999: 78)

 

B.Saran

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga apa yang telah disajikan akan memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya demi kesempurnaan makalah ini kami memohon saran dan kritik guna memperbaiki dikemudian hari.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

http://violetatniyamani.blogspot.com/2007/09/teori-validitas.html

http://khairul-anas.blogspot.com/2012/03/pengertian-validitas-dan-reliabilitas.html

http://p4mristkippgrisda.wordpress.com/2011/05/10/uji-validitas-dan-reliabilitas/

http://binham.wordpress.com/2012/01/07/validitas-reliabilitas-instrumen-evaluasi/

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar